Pameran Keris Dunia Maya

13 Jul 2025
Apa yang terjadi jika para peminat keris dari dunia maya yang biasa berkomunikasi melalui internet, chatting dan berceloteh di Facebook tentang tradisi keris melalui komputer mereka, handphone mereka, gadget mereka, menggelar Pameran Keris? Akankah gelaran pameran itu menjadi pertemuan para dukun yang serem-serem dan tua-tua, berewokan beruban sembari komat-kamit memantrai keris agar bisa terbang seperti dituturkan sinetron-sinetron di televisi? Ternyata gelaran Pameran Keris dari Komunitas Cyber di Taman Mini mulai 17 April ini menyuguhkan pemandangan yang tak seperti dibayangkan. Oleh Jimmy S Harianto Peminat keris masa kini ternyata adalah anak-anak muda, yang memiliki profil dan bahkan visi sama sekali berbeda dengan bayangan tradisional penggemar keris yang sepuh, normatif, penuh misteri dan hanya mendiskusikan dunia mistik. Peminat keris dari komunitas dunia maya ternyata juga cantik, muda-muda, dan tidak sedikit di antara mereka yang berasal dari kalangan profesional, pengusaha dan bahkan akademisi. “Ketika pertama kali mempunyai gagasan untuk menggelar pameran keris dari komunitas dunia maya tahun lalu, saya bayangkan saya akan bisa bertemu teman-teman yang bisa lebih familier, lebih cair menceritakan tentang dunia tosan aji,” ungkap Andry Wijaya, pemrakarsa Pameran Tosan Aji dari Komunitas Cyber di Teater Bhinneka Tunggal Ika (Depan Istana Anak-anak), Taman Mini Indonesia Indah 17-20 April 2014 ini. Andry (37) yangsarjana hukum lulusan Universitas Slamet Riyadi (Unisri) asli Solo ini mengaku mulai menyenangi tosan aji (wesi aji, di antaranya keris, tombak dan pedang tradisional Nusantara) belum cukup lama, baru sekitar tahun 2011. Ia mengaku diri praktisi bela diri tradisional, silat, yang tentunya juga menggauli dunia tradisional Jawa, termasuk keris. Mulai mendalami “ilmu dalam” yang umum disebut oleh kalangan perkerisan sebagai dunia Isoteri keris dengan bertemu kaum sepuh penggemar keris di Surakarta, yang ternyata begitu tertutup dan penuh rambu-rambu: tidak boleh ini, tidak boleh itu, mesti begini memegang keris, mesti begitu memperlakukan keris... “Pokoknya penuh rambu-rambu, dan sering saya tidak menemukan jawab memuaskan dari para sesepuh,” ungkap Andry, yang mengaku memulai terjun di dalam celoteh dunia maya soal keris, untuk mencari jawab pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab dalam kehidupan nyata sehari-hari dari kalangan para “tradisionalis pekeris”. Pekeris yang dimaksud tentunya adalah: mereka yang suka berbual soal keris di dunia maya, bergunjing soal seluk beluk keris, koleksi keris, detail dalam bilah keris, termasuk pula dunia isoteri yang membahas sisi mistik dan misteri dalam perkerisan. Termasuk pula para pembuat keris, penjual keris versi dunia maya, tentunya. Ketika pertama-tama muncul “berkeris” di dunia maya, menurut Andry, pada 2011 waktu itu, belum ada komunitas dunia maya -- di jejaring sosial Facebook -- yang mengorganisasi diri menjadi sebuah bentuk organisasi, sampai suatu ketika Mulyo Prasetyo – yang biasa memakai akun atau pengenal di dunia maya – sebagai Satrio Tanah Jawa mendirikan grup keris berbasis dunia maya yang disebutnya sebagai Grup Adopsi Keris pada 2011. Grup main-main dengan dunia keris, berceloteh tentang keris ini rupanya kemudian berlanjut dengan langkah mengorganisasi diri ke dalam bentuk wadah yang dideklarasikan sebagai Paguyuban Adopsi keris Seluruh Indonesia (PAKSI) pada 29 Januari 2011 di Mojolaban, Surakarta. Mula-mula belum dibentuk pengurus, baru dideklarasikan. Baru kemudian dalam pertemuan berikut di Surabaya masih pada tahun 2011, dibuatlah susunan pengurus dan terpilih untuk pertama kalinya, Andry Wijaya sebagai Ketua Umumnya dengan Sekjen Darmawan Setyabudi yang akun pengenalnya di dunia maya adalah Rogo Sing Pono. Sementara Andry Wijaya sendiri di dunia maya mengenalkan diri sebagaiAndre Antik Keris Bertuah... Seperti juga Andry Wijaya, maka Darmawan Setyabudi yang biasa menyebut dirinya Rogo ini adalah juga S1 di bidang Ilmu Komputer lulusan Institut Pertanian Bogor berusia masih muda, 33 tahun. Sedikit “lebih tua” adalah Wakil Ketumnya Tato Suhartono yang berasal dari kalangan profesional muda, berusia 47 tahun. “Tetapi rata-rata dalam pergaulan komunitas dunia maya, usia kami muda-muda, bahkan tak sedikit di antara 5.000 akun anggota PAKSI yang berusia 24-25 tahun,” ungkap Andry Wijaya pula. Mulai mencoba menggelar pameran keris di Taman Mini (TMII) pada akhir 2011, menyertakan anggota-anggota yang berasal tak hanya dari Jakarta, akan tetapi juga dari Surakarta, Surabaya dan berbagai pelosok Jawa. Tahun 2014 kali ini, bahkan merangkul pula kalangan yang lebih luas lagi, terdiri dari para pelaku keris “sungguhan”, dari para “empu” pembuat keris Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, sampai kalangan profesional lain yang suka membahas keris di dunia maya.Kali ini, Andry Wijaya berpameran keris menumpang event gelaran HUT Taman Mini yang ke-39. "Setelah tahun 2012, penggemar keris di dunia maya mulai booming, bermunculan banyak grup-grup penggemar keris di Facebook, dan bahkan bermunculan situs-situs web yang topiknya dunia keris," ungkap Andri Wijaya pula. Kini sudah lebih dari 20 grup di Facebook baik di Indonesia, maupun Singapura, Malaysia yang berceloteh tentang keris. Belum termasuk kelompok-kelompok yang ramai bergunjing soal keris di grup-grup BBM (Black Berry Messenger) maupun grup-grup Android, WhatsApp... Pergelaran Pameran Tosan Aji dari Komunitas Cyber di TMII kali ini tidak hanya menyuguhkan sekitar 300 bilah keris-keris tua “yang unik” (tidak lazim, dan tidak umum dan jarang atau sulit didapat), akan tetapi juga melibatkan Empu Daliman dkk dari ISI untuk mendemonstrasikan bagaimana membuat keris. Juga ada gelaran meja-meja dimana para anggota komunitas dunia maya yang gemar keris ini – menjual atau memaharkan keris.
Komentar
Login untuk memberi komentar.
  • Belum ada komentar.
User
he/him
WA Hubungi Kami